Friday, April 5, 2013

Asal Mula Gerakan Mutu dalam Industri

Petualangan mencari mutu bukanlah petualangan baru. Dalam dunia industri, sejak dahulu selalu ada keharusan untuk merasa yakin bahwa produk sudah sesuai dengan spesifikasinya agar mampu memberikan kepuasan bagi para pelanggan dan tentunya mendatangkan keuntungan bagi produsen. Menjaga mutu sebuah produk akan menyebabkan pelanggan semakin percaya kepada produk tersebut. Para pengrajin emas dan perak adalah bukti nyata masalah klasik ini. Akan tetapi mutu menjadi isu penting bersamaan dengan datangnya industrialisasi. Jauh sebelumnya, para pengrajin tersebut sudah menetapkan dan menjaga standar mereka sendiri, yaitu standar di mana mereka menggantungkan reputasi dan mata pencaharian mereka.



Kebiasaan pekerja dalam memeriksa mutu produk atau karyanya semakin berkurang dan memudar seiring pengkhususan dan pengulangan tugas-tugas kerja dalam memproduksi barang secara massal. Tanggung jawab pekerja terhadap mutu produk, yang merupakan bagian penting dari sebuah keahlian, hilang begitu saja ketika barang-barang diproduksi secara massal. Metode produksi baru, yaitu penggunaan pendekatan-pendekatan ilmiah dalam manajemen, telah mereduksi banyak tenaga kerja manusia dalam proses produksi, sehingga lahirlah sebuah divisi tenaga kerja yang sangat ketat dan mengharuskan dikembangkannya sebuah sistem pemeriksaan yang dikenal dengan nama quality control (kontrol mutu).

Kontrol mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi spesifikasi yang boleh keluar pabrik dan dilempar ke pasar. Meskipun demikian, kontrol mutu merupakan sebuah proses pasca-produksi, dan petugasnya bukan orang-orang yang menghasilkan produk tersebut. Kontrol mutu bertugas mendeteksi produk yang cacat. Divisi ini tidak serta-merta menjamin bahwa para anggotanya bertanggung jawab terhadap mutu. Di samping itu, divisi ini adalah sebuah proses yang harus dilakukan di bawah bendera produksi massal alias kejar target. Dikarenakan tenaga kerja divisi kontrol mutu sangat mahal, maka terkadang mereka diberhentikan dan kemudian dipekerjakan kembali. Dengan demikian, kontrol mutu dengan sendirinya tampak semakin tidak ekonomis dan kurang efektif. Lalu, beberapa perusahaan mengganti atau menambahnya dengan metode jaminan mutu (quality assurance) dan perbaikan mutu dengan cara mengembalikan tanggung jawab mutu kepada para tenaga pembuatnya.

Gagasan perbaikan mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah perang dunia kedua. Meskipun demikian, Perusahaan-perusahaan di Inggris dan Amerika bru tertarik pada isu mutu di tahun 1980-an, yaitu saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang dalam merebut pasar dunia. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan adalah tentang kesuksesan orang-orang Jepang; Apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh budaya nasional ataukah teknik manajemen mereka yang baik? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula teknik-teknik manajemen mutu kita harus mulai dengan mempelajari Amerika pada akhir tahun 1920-an.

Sumber:
Sallis, E. (2006). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCiSoD

Semoga Bermanfaat.

No comments: