Sunday, April 7, 2013

Kontribusi Deming, Shewhart, dan Juran dalam Mutu - Bagian 1

Gagasan tentang jaminan mutu terpadu terlambat sampai Barat, meskipun ide-ide tersebut pada mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh W. Edwards Deming. Ia adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki gelar PhD dalam bidang fisika. Ia dilahirkan pada tahun 1900. Pengaruhnya secara teoritikus manajemen bermula di Barat, namun justru Jepang memanfaatkan keahliannya sejak 1950.

Deming mulai memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri. Dia memulai kerjanya di Western Electric, milik tokoh legendaris Hawthorne, di Chicago. Western Electric juga adalah tempat kerja Joseph Juran, kontributor utama lain terhadap revolusi mutu di Jepang, yang juga orang Amerika. Pada saat itu pabrik Hawthorne mempekerjakan lebih dari 40.000 orang yang memproduksi perlengkapan telepon. Pabrik ini menjadi populer saat Elton Mayo dan koleganya dari Universitas Harvard, di antara tahun 1927-1932, berhasil membuat serangkaian eksperimen terkenal tentang sebab-sebab perubahan produktifitas. Pada saat itu Mayo dan timnya menemukan "Hawthorne Effect", yang mengakui eksistensi dan pentingnya struktur-struktur informal dalam organisasi-organisasi terhadap hasil produk industri serta terhadap produktifitas dan dampaknya terhadap praktek-praktek kerja.

Dari Western Electric, Deming pindah kerja ke Departemen Pertanian Amerika. Ketika bekerja di sana, dia diperkenalkan pada Walter Shewhart, seorang ahli statistik dari Bell Laboratories di New York. Sebelumnya, Shewhart telah mengembangkan beberapa teknik yang membawa proses-proses industri menuju apa yang ia sebut dengan kontrol statistik. Ini adalah serangkaian teknik yang meminimalisir unsur-unsur tak terduga dari proses-proses industri, sehingga industri lebih bisa diprediksi dan lebih terkontrol. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pemborosan biaya dan keterlambatan. Kontribusi awal Deming adalah mengembangkan dan meningkatkan metode statistik Shewhart. Metode-metode statistik Shewhart dan Deming, sekarang dikenal sebagai Statistical Process Control (SPC), yang dikombinasikan dengan wawasan hubungan gerakan relasi manusia yang diasosiasikan dengan Mayo dan koleganya, yang notabene merupakan penyokong teori Total Quality Management (TQM).

Deming mengunjungi Jepang pertama kali di akhir tahun 1940-an untuk melakukan sensus Jepang pasca perang. Terkesan dengan kerjanya, Japanese Union of Engineers and Scientists mengundang Deming untuk kembali pada tahun 1950 untuk mengajarkan aplikasi kontrol proses statistik kepada para pelaku industri di Jepang. Jepang menekankan perhatian dalam merekonstruksi industri mereka  yang rusak karena perang. Pada saat itu, industri Jepang mengalami kerusakan besar akibat bom yang dijatuhkan Amerika, sehingga industri yang tersisa hanya bisa menghasilkan produk imitasi bermutu rendah. Orang-orang Jepang berkeinginan untuk belajar dari bangsa-bangsa industrialis lain.

Deming memberi sebuah jawaban sederhana terhadap kondisi mereka. Dia menganjurkan agar Jepang memulai ayunan langkah dengan mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan mereka. Deming menganjurkan agar mereka mendesain metode-metode produksi serta produk mereka dengan standar tertinggi. Hal ini akan memungkinkan mereka memegang kendali. Deming yakin bahwa jika pendekatan tersebut sepenuhnya dijalankan, maka lebih kurang dalam lima tahun ke depan perusahaan-perusahaan Jepang akan mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin pasar.

Jepang menerapkan ide-ide Deming, Joseph Juran, dan pakar mutu Amerika lainnya yang berkunjung ke Jepang pada waktu itu. Revolusi mutu dimulai dari pabrik dan diikuti oleh industri-industri jasa serta diikuti juga bank dan keuangan. Jepang telah mengembangkan ide-ide Deming dan Juran ke dalam apa yang mereka sebut Total Quality Control (TQC), dan mereka mampu menjadi singa pasar dunia. Dominasi pasar yang mereka raih tersebut sebagian besar merupakan hasil dari perhatian mereka terhadap mutu. Penulis nasional Jepang tentang mutu, Kaoru Ishikawa, telah mendeskripsikan pendekatan Jepang pada TQC sebagai "suatu revolusi pemikiran dalam manajemen".

Bersambung Ke Kontribusi Deming, Shewhart, dan Juran dalam Mutu - Bagian 2 (Habis)

Sumber:
Sallis, E. (2006). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCiSoD

Semoga Bermanfaat.

No comments: