Beberapa riwayat
menyatakan bahwa Rasulullah saw. pernah disihir oleh Labid bin al-A’sham. Sihir
tersebut telah mempengaruhi Nabi saw., sehingga adakalanya beliau merasa
melakukan sesuatu padahal sebenarnya tidak. Atau mendatangi suatu tempat
padahal tidak. Kemudian Allah memberi tahu bahwa ia terkena sihir, lalu
dikeluarkanlah dari dasar sumur sebuah benda yang digunakan sebagai media
sihir. Setelah itu, Nabi saw. terbebas dari pengaruh sihir tersebut.
Bila kita
membaca beberapa kitab tafsir, kita akan jumpai beragam sikap terhadap kasus
ini. Ada yang menerimanya sebagai riwayat sahih dan meyakini Rasul saw. pernah
terkena sihir, ada juga yang meragukan bahkan tidak mempercayainya, semisal
Syaikh Muhammad Abduh dalam Tafsir Al
Quran Al Kariim (juz A’mma), Ust. Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, dan lain-lain.
Penulis
(Aam Amiruddin) cenderung memihak pada pendapat kedua yang menyatakan bahwa
riwayat yang menjelaskan Rosul saw. terkena sihir patut dipertanyakan
(dikritisi) karena bertentangan dengan dua prinsip berikut:
Pertama, Rasulullah saw. itu terpelihara dari gangguan
sihir:
“Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak meyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. Al Maidah 5: 67)
Ayat ini
menjelaskan bahwa Rasul saw. bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada
umat manusia, dan Allah swt. Akan memeliharanya dari gangguan manusia. Di antara
ahli tafsir ada yang menyebutkan, yang dimaksud dengan gangguan manusia adalah
pembunuhan dan ada juga yang mengartikannya dengan gangguan sihir. Artinya,
Rasul akan selamat dari pembunuhan dan gangguan sihir.
Kedua, Rasul saw. adalah orang yang paling beriman. Allah
SWT. telah menjamin orang-orang beriman tidak akan bisa dicelakakan setan;
“Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu (setan) terhadap mereka, kecuali
orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat.” (Q.S. Al Hijr 15: 42)
Maksudnya,
orang-orang saleh yang benar-benar ikhlas tidak akan diperbudak atau
dibinasakan setan. Atau dengan kata lain, setan tidak akan mampu membinasakan
dan menyesatkan orang-orang yang kuat imannya kepada Allah. Kita sadari bahwa
Rasulullah saw. adalah orang yang paling kuat imannya dan paling ikhlas
amalnya, karena itu tidak masul akal kalau beliau terkena sihir.
Berdasarkan
alasan-alasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa riwayat yang menjelaskan
Rasullullah saw. terkena sihir adalah dlaif
(lemah) dari segi matan (substansi isi hadis) karena bertentangan dengan
sejumlah ayat Al Quran dan akal sehat. Jadi, tidak masuk akal bila orang saleh
sekaliber Nabi saw. terkena sihir. Wallahu
A’lam.
Sumber:
Amiruddin,
A. (2005). Bedah Masalah Kontemporer I:
Tanya Jawab Aqidah dan Akhlak. Bandung: Khasanah Intelektual.
No comments:
Post a Comment