Kita telah
mendefinisikan institusi pendidikan sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini juga
meliputi pemberian beasiswa, penilaian dan pembimbingan bagi para pelajar, para
orang tua, dan sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari bermacam-macam
golongan dan perlu diidentifikasikan. Jika tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan
para pelanggan, maka hal terpenting yang perlu dijelaskan adalah kebutuhan dan
keinginan siapa yang harus dipenuhi dalam dunia pendidikan?
Di tingkat
inilah pentingnya membicarakan gagasan tentang “pelanggan” dalam konteks
pendidikan. Bagi beberapa pendidik, istilah “pelanggan” jelas sekali memiliki
nada komersial yang tidak dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Mereka lebih
suka menggunakan istilah klien. Klien, dengan konotasi jasa profesional yang
menyertainya dianggap sebagai istilah yang jauh lebih tepat dibanding “pelanggan”.
Sementara itu, yang lainnya ada yang menolak bahasa seperti itu dan menurut
mereka akan lebih tepat jika menggunakan istilah pelajar, murid, siswa, atau
peserta didik. Tulisan ini menggunakan kata pelanggan dan pelajar tanpa
bermaksud untuk mempersoalkan mereka yang menggunakan istilah-istilah lain. Selain
daripada itu, istilah “klien” biasanya diartikan sebagai pihak yang menerima
jasa pendidikan seperti proses pembelajaran atau beasiswa, sedangkan istilah “pelanggan”
sering diartikan sebagai pihak yang membayar untuk mendapat pendidikan. Dalam tulisan
ini “pelanggan” digunakan sebagai istilah untuk kedua bentuk istilah di atas
dan terbagi atas beberapa jenis.
“Pelanggan
Utama” yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa pendidikan. “Pelanggan
Kedua” yaitu orang tua, kepala daerah, atau sponsor pelajar yang memiliki
kepentingan langsung secara individu maupun institusi. “Pelanggan Ketiga” yaitu
pihak yang memiliki peran penting namun tak langsung seperti Pemerintah dan
masyarakat secara keseluruhan. Ketiga jenis pelanggan di atas disebut “pelanggan
eksternal”. Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruh institusi pendidikan
harus lebih memfokuskan perhatian mereka pada keinginan para pelanggan dan
mengembangkan mekanisme untuk merespon mereka.
Hal penting
untuk didefinisikan secara jelas adalah sifat jasa yang diberikan oleh
institusi kepada pelanggannya. Hal ini sama pentingnya dengan menciptakan
dialog yang baik dan terus-menerus dengan mereka. Bentuk pemasaran yang paling
baik dalam pendidikan adalah pemasaran yang dipilih oleh para pelajar untuk
kepentingan mereka masing-masing. Satu hal yang perlu diingat adalah kesuksesan
pelajar merupakan kesuksesan institusi pendidikannnya.
Pelanggan
Internal dalam Pendidikan
Ketika fokus
utama dari sebuah lembaga pendidikan, baik sekolah mapun perguruan tinggi,
adalah pelanggan eksternalnya (pelajar, orang tua, dan lain-lain) penting untuk
diingat bahwa setiap orang yang bekerja di dalam lembaga pendidikannya
masing-masing turut memberikan jasa bagi para kolega mereka. Dalam total quality management (TQM) para staf
tersebut dikenal dengan istilah “pelanggan internal”.
Hubungan internal
yang kurang baik akan menghalangi perkembangan sebuah institusi atau lembaga
pendidikan, dan akhirnya akan membuat pelanggan eksternal menderita. Salah satu
tujuan TQM adalah mengubah tim dalam institusi yang mengoperasikannya menjadi
tim yang ikhlas, tanpa konflik dan kompetisi internal, untuk meraih sebuah
tujuan tunggal yaitu memuaskan pelanggan.
Mempertemukan
Kebutuhan Para Pelanggan
Pandangan dan
kebutuhan aneka kelompok pelanggan, baik internal maupun eksternal, tidak
selalu serupa, terutama dalam institusi yang besar yang kompleks. Meskipun demikian,
perbedaan yang ada dapat dipertemukan dalam satu wadah. Konflik kepentingan
yang potensial dan aktual akan selalu ada. Salah satu metode terbaik dalam
memecahkan perbedaan kepentingan adalah mengenali eksistensi mereka dan mencari
inti isu-isu yang besar. Seluruh pelajar memiliki pandangan yang harus didengar
dan diperlakukan dengan adil. Mutu dan keadilan berjalan beriringan.
Terkadang sulit
untuk memastikan bahwa sudut pandang yang paling penting dalam institusi
pendidikan adalah sudut pandang pelajar. Ada kekuatan lain yang berhadapan
dengan sudut pandang tersebut, yaitu proses dan mekanisme dana. Ketika kebutuhan
pelajar dan mekanisme dana bertemu, institusi pendidikan merasa kesulitan untuk
mendahulukan pelajar. Hal utama yang menyebabkan hal ini adalah cara kerja
mekanisme dana yang menekankan efisiensi dalam mencapai mutu, sementara penilaian
mutu menurut mekanisme dana tidak selamanya sesuai dengan umpan-balik mutu yang
dimaksud pelanggan. Ini merupakan isu-isu yang sangat sulit untuk dipecahkan
dan TQM tidak memberikan jawaban yang siap pakai untuk itu. Namun satu hal yang
pasti, TQM memastikan bahwa proses institusi harus menempatkan sudut pandang
pelajar sebagai pusat dari setiap proses perencanaan strategis. Pendekatan TQM
menjamin pentingnya institusi menyadari isu-isu tersebut.
Kebutuhan dan
gagasan para pelajar seharusnya menjadi fokus utama dari setiap institusi
pemdidikan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa pandangan
kelompok-kelompok lainnya secara serta-merta diabaikan. Pandangan mereka juga
tetap diperhitungkan. Akan tetapi, bagaimanapun juga, pelajar adalah alasan
utama berdirinya sebuah institusi pendidikan dan reputasi institusi pendidikan
itu sendiri ada di pundak para pelajar.
Sumber:
No comments:
Post a Comment