A. Demam
Suhu badan
yang normal berkisar antara 36,5 – 37 derajat celsius. Namun, suhu badan
anak-anak cenderung berfluktuasi dan suhu 38,5 derajat celsius tidak selalu
perlu dikhawatirkan. Demam merupakan respon alamiah tubuh terhadap infeksi.
Tetapi pada anak-anak, suhu tubuh yang sesungguhnya tidaklah sepenting kondisi
anak secara umum. Sebagai contoh, Anda tidaklah perlu khawatir jika penyebab
demamnya jelas, misalnya pilek, dan anak Anda terlihat tenang setelah demamnya
turun. Kami (Laurent, S. and Reader, P) sering melihat orang tua yang malu
karena si anak yang tadinya demam dan luar biasa rewel tiba-tiba membaik begitu
sampai di klinik atau rumah sakit. Ternyata, hanya dengan membawa sang anak ke
luar sehingga ia bisa menghirup udara segar dapat menurunkan demamnya.
Anda justru
harus waspada jika anak sangat mudah marah dan letargi (lesu), atau jika suhu
badannya berfluktuasi sekitar 38,5 derajat celsius selama lebih dari 4 jam
walaupun sudah berusaha diturunkan. Demam harus diturunkan sesegera mungkin
terutama jika lebih dari 39 derajat celsius. Anak yang demam terlihat
kemerahan, merasa kepanasan (meski tangan dan kakinya terasa dingin), dan
menolak untuk makan. Cara terbaik untuk mendiagnosis demam adalah menggunakan
termometer.
Yang Bisa Anda Lakukan
Tujuan Anda
adalah menurunkan demam si buah hati. Inilah saatnya Anda tidak menuruti
anjuran sang nenek untuk menyelimuti anak dengan rapat (katanya supaya ia
merasa hangat dan nyaman) karena badannya sendiri sudah panas menyengat.
- Berilah batita parasetamol atau ibuprofen sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Sebaiknya obat diberikan secara teratur daripada menunggu demam kembali.
- Lepaskan pakaian luarnya sehingga si kecil hanya mengenakan kaus dalam dan pospaknya.
- Jika demamnya sangat tinggi atau Anda tidak memiliki parasetamol atau ibuprofen, sekalah seluruh tubuh anak dengan waslap dan air hangat. Jangan sampai batita menggigil karena ini justru bisa menaikkan suhu tubuhnya.
Segera ke Dokter Jika:
- Demam tidak turun selama 4 jam atau lebih.
- Demam yang datang dan pergi selama 5 hari atau lebih.
- Bayi Anda di bawah usia 3 bulan.
B. Kejang Demam
Bagi
sejumlah anak (sekitar 5 persen) dengan rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun,
demam tinggi dapat mengakibatkan kejang. Kejang demam menyebabkan anggota gerak
tubuh menjadi kaku, tidak terkontrol, gerakan-gerakan menghentak, dan hilang
kesadaran. Waspadalah karena sering kali kejang terjadi pada saat suhu tubuh
naik secara cepat di awal suatu penyakit. Secara umum, kejang demam tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan masalah jangka panjang bagi sang anak. Kejang
demam juga tidak berhubungan dengan epilepsi. Akan tetapi, orang tua dapat
sangat stres dibuatnya. Bahkan banyak orang tua yang mengalami ini menyangka
anaknya akan meningggal.
Yang Bisa Anda Lakukan
Baringkan
batita pada posisi pemulihan supaya tidak tersedak. Jangan memasukkan jari Anda
atau benda apapun untuk mengganjal mulutnya. Panggil ambulan dan jika mungkin
catatlah lama kejangnya. Kebanyakan kejang berlangsung cepat, tapi saat Anda
sadar menyaksikan secara langsung anak mengalami kondisi ini, waktu terasa
sangat lambat. Kejang demam batita mungkin sudah berhenti saat ambulan tiba.
Namun jika si kecil masih kejang, obat akan diberikan melalui anus atau infus.
Jika kejang tidak berhenti juga (sangat jarang), buah hati Anda akan dibius dan
dibawa ke ruang perawatan intensif selama beberapa waktu untuk berjaga-jaga.
Posisi Pemulihan untuk Bayi |
Posisi Pemulihan untuk Anak dan Dewasa |
Apabila
kejang demam berakhir sebelum Anda sempat memanggil ambulan, bawalah si kecil
ke dokter untuk diperiksa secara total. Kebanyakan anak akan tidur lebih lama
setelah kejang dan tidak ingat apapun sesudahnya.
Kapan Akan Terjadi Lagi?
Sekitar
sepertiga anak-anak rentan mengalami kejang demam sampai usia 5 tahun. Jadi,
setiap kali anak demam berusahalah untuk menurunkannya. Apabila anak mengalami
kejang demam lagi, Anda tidak perlu menelpon ambulan kecuali kejangnya
berlangsung lebih dari 5 menit. Bawalah anak ke dokter supaya dapat didiagnosis
penyebab demamnya. Jika anak mengalami kejang selama lebih dari 5 menit, ia
akan diberi diazepam dalam bentuk supositoria (Telentangkan/miringkan si kecil,
lepaskan pospaknya. Masukkan obat yang ujungnya berbentuk seperti peluru ke
lubang anusnya. Rapatkan kedua belah pantat bayi selama beberapa saat supaya
obat tidak terdorong keluar lagi). Anda akan diberi tahu kapan harus memberikan
obat ini. Biasanya, obat ini diberikan saat kejang berlangsung lebih dari 3
menit.
Untungnya,
kejang demam jarang sekali berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Putra tertua
kami (Laurent, S. and Reader, P.) mengalami kejang demam saat berusia 2 tahun. Kejangnya
itu sebenarnya salah kami juga. Ia mengalami demam tinggi, jadi kami membawanya
ke tempat tidur kami yang hangat untuk tidur bersama. Kami terbangun oleh
hentakan-hentakan kejang yang berlangsung selama kurang lebih semenit. Setelah itu,
dia baik-baik saja karena kami tidak pernah membiarkannya kepanasan seperti itu
lagi.
Mengukur Suhu Badan
Kebanyakan orang
megukur demam dengan merasakan panas atau tidaknya kulit. Sebaiknya, carilah
cara yang lebih ilmiah. Cara yang paling efektif mengukur suhu tubuh bayi atau
batita adalah dengan menggunakan termometer telinga elektronik. Pengukuran menggunakan
alat ini hanya membutuhkan beberapa detik dan tidak menyebabkan anak rewel. Ujung
termometer dimasukkan ke telinga si kecil, lalu bacaan suhu akan ditunjukkan di
layar digital termometer tersebut.
Termometer digital
digunakan di ketiak atau mulut. Alat ini efektif, tapi sulit meminta bayi atau
batita untuk tenang beberapa saat supaya mendapat ukuran yang akurat. Termometer
tempel ditempelkan di dahi dan akan berubah warna sesui dengan suhu tubuh. Namun,
termometer ini kurang akurat. Sementara itu, penggunaan termometer air raksa
tidak lagi dianjurkan.
Sumber:
Laurent, S.
and Reader, P. (2007). Your Baby Month by
Month. Inggris: A Dorling Kindersley Limited
--- Untuk lebih lengkapnya Anda bisa membeli
buku versi bahasa Indonesia di toko buku terdekat dengan judul Ensiklopedia Perkembangan Bayi dari
Erlangga ---
No comments:
Post a Comment