Saturday, May 9, 2015

Cacatan Menarik Tinggal di Australia

Pertengahan tahun 2014 saya berkesempatan pergi ke Adelaide Australia Selatan dalam rangka melakukan studi banding ke beberapa sekolah kejuruan di sana melalui program Continuous Professional Development (CPD) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat. Keberadaan saya di Adelaide tergolong singkat, sekitar tiga minggu, namun banyak hal yang membuat saya tertarik dan mungkin bisa saya jadikan referensi di kehidupan saya di Indonesia. Anda juga bisa membaca catatan-catatan menarik perihal sekolah yang saya kunjungi pada postingan yang lain. Pada postingan ini saya ingin menceritakan hal-hal yang bagi saya cukup unik dan menarik selama tinggal di sana perihal kehidupan sehari-hari, tetapi saya tidak akan menceritakan sesuatu yang sudah banyak diungkap orang lain (setidaknya sudah sering saya dengar), seperti budaya antri, suasana kota yang bersih, insfrastuktur yang megah dan lain-lain. Berikut adalah beberapa catatannya:


1. Tempat Sampah Umum

Tempat Sampah Umum
Tempat Sampah Umum
Anda tidak akan merasa aneh jika saya menyebut bahwa di Adelaide tersedia tempat sampah di tempat-tempat umum karena fasilitas inipun sangat mudah kita jumpai di kota kita sepanjang trotoar. Namun, saya merasa cukup tertarik bukan dari sisi ketersediaannya tempat sampah di tempat umum, melainkan dari sisi fisik tepat sampahnya. Tempat sampah umum yang sering saya jumpai di Indonesia terbuat dari plastik yang mudah rusak dan hanya bertahan beberapa bulan, atau bisa juga dicuri oleh pemulung. Bahkan ada tempat sampah umum yang terbuat dari kantok plastik (kresek) yang tentu saja sangat mudah sobek saat sampah tertentu dimasukkan.
Saya mendapati bahwa tempat sampah di Adelaide juga terbuat dari plastik yang berbentuk seperti ember persegi besar, tetapi dilindungi oleh kurungan besi yang tidak bisa dipindah-pindah (dibaut ke trotoar) dan dikunci. Bagian atasnya malah terbuat dari logam anti karat sehingga mudah dibersihkan oleh petugas kebersihan (dilap). Saya merasa bahwa dengan bentuk seperti ini tempat sampah tadi benar-benar disiapkan untuk pemakaian umum, artinya tidak mudah dirusak alapagi dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Walaupun Australia dikenal sebagai negara yang low crime (tingkat kejahatan yang rendah), pemerintahnya tetap sangat memperhatikan faktor "keamanan" untuk fasilitas umum.

2. Larangan Merokok

Adanya larangan merokok bukanlah sesuatu yang aneh karena di kota sayapun larangan ini banyak di terapkan di tempat-tempat tertentu, akan tetapi saya diberitahu bahwa larangan merokok ini berlaku di semua gedung di Adelaide termasuk di dalam rumah sendiri. Jadi, para smokers hanya diperbolehkan merokok di tempat terbuka, itupun dengan memperhatikan lokasi Anda karena ada sebuah lingkungan, seperti area perumahan (komplek), yang melarang siapapun mekokok. Larangan seperti ini bagi saya cukup menarik dan memunculkan berbagai pertanyaan, akan tetapi saya tidak serta merta melontarkan perntanyaan-pertanyaan yang ada di benak saya karena saya adalah seseorang yang sedang datang bertamu dan harus mengikuti dan menjunjung tinggi aturan yang berlaku (selama tidak bertentangan dengan keyakinan saya).

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Asbak Umum

 3. Asbak Umum

Mungkin asbak umum ini merupakan "jawaban" dari diberlakukannya larangan merokok di gedung-gedung Adelaide. Saya menarik kesimpulan bahwa saat pemerintah Adelaide memberlakukan sebuah larangan atau anjuran kepada warganya, maka pemerintah telah menyiapkan terlebih dahulu fasilitas lain dengan baik agar warga tetap merasa nyaman dan tidak terlalu terusik dengan aturan baru, dan asbak umum inilah salah satu contohnya. Asbak umum ini tersedia di beberapa tempat umum yang ramai dan terkadang tergantung di sisi tempat sampah umum atau tiang lampu penerangan di depan sebuah gedung. Contoh lain sebagai perbandingan, saya sangat heran dan sedih saat mendengar bahwa banyak pihak di kota saya yang menggembor-gemborkan untuk membuang sampah pada tempatnya tetapi sarananya (tempat sampah) sangat sulit ditemui atau berjarak cukup jauh dari tempat ramai.

4. Menyebrang Jalan

Saya sering mendengar orang yang menyatakan bahwa pejalan kaki (penyebrang jalan) di luar negeri lebih dihormati oleh pengendara, sedangkan di Indonesia pejalan kaki tidak dihormati pengendara. Pernyataan tersebut ada benarnya, tetapi perlu "diluruskan" sedikit. Berdasarkan pengalaman saya di Adelaide, para pengendara memang menghormati dan tidak menggangu penyebrang jalan, tetapi perlu diingat bahwahal ini terjadi ketika pejalan kaki menyebrang saat lampu merah menyala (semua kendaraan berhenti) dan/atau penyebrang jalan melintas di tempat penyebrangan jalan (zebra-cross). Dengan kata lain, antara pejalan kaki dan pengendara sama-sama tahu dan sadar posisi dan hak mereka di jalan raya. Saat ada pejalan kaki yang menyebrang sembarangan, sayapun melihat ada pengendara yang marah kepada penyebrang jalan tadi.

5. Klakson Kendaraan

Saya berjalan-jalan di sepanjang jalan utama di pusat kota Adelaide yang cukup ramai, apalagi di jam sibuk, saya menyadari bahwa ternyata suara klakson kendaraan sangat jarang terdengar. Selama keberadaan saya di kota ini, saya hanya mendengar empat kali suara klakson mobil di hari yang berbeda-beda, itupun satu di antaranya digunakan untuk memanggil seseorang dari dalam rumah oleh pengendara, bukan digunakan untuk memperi peringatan kepada kendaraan lain. Bahkan salah satu rekan saya berkata bahwa dia hanya pernah mendengar satu kali saja selama di Adelaide. Hal ini mengindikasikan bahwa para pengguna jalan telah memahami dan mengikuti aturan berlalu lintas dengan baik.

6. Bertamu

Privasi merupakan hal yang cukup sensitif di kota Australia Selatan ini. Kita bisa saja langsung pergi mengunjungi tempat tinggal teman kita apalagi ke tetangga, tetapi tidak demikian di Adelaide. Saat seseorang hendak mengunjungi rumah teman (walaupun tetangga dekat) kita harus memastikan bahwa mereka bersedia menerima kita pada hari dan jam yang ditentukan melalui telepon, terkecuali jika kita diundang datang oleh teman kita. Jika kita ddatang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan tuan rumah merasa terganggu, ada kemungkinan mereka menelepon polisi untuk mengusir kita. Polisi juga bisa mendatangi rumah yang membuat kegaduhan untuk memberi peringatan atas permintaan tetangga yang merasa terganggu oleh kegaduhan tersebut.

7. Bagaikan Kota Mati

Selama tinggal di Adelaide saya menginap di salah satu rumah yang relatif dekat ke pusat kota bersama dengan pemilik rumah. Uniknya, saat malam tiba, semua lampu rumah yang tidak digunakan dipadamkan, apalagi menjelang tidur. Saya amati, kebiasaan ini juga dilakukan oleh rumah-rumah lain. Hanya sebagian kecil rumah yang tetap menyalakan lampu teras menyala, itupun dengan watt yang kecil, karena sebagain besar lampu teras rumah menggunakan sensor gerak di mana lampu teras rumah akan menyala saat ada gerakan (benda besar) di teras. Lampu-lampu penerangan umum menjadi penerangan utama di malam hari, sedangkan di pusat kota penerangannya ditambah dengan lampu-lampu taman. Saat saya berada di depan rumah dan melihat ke sekeliling di malam hari, saya merasa seperti sedang berada di kota mati.

Pemadaman lampu yang tidak biasa saya rasakan di atas merupakan bentuk penghematan energi yang konon menurut pemilik rumah biaya listrik sangat mahal, bahkan saya pernah ditegur saat saya tidur dengan lampu kamar tetap menyala. Mahalnya biaya yang harus ditanggung juga berlaku untuk sumber energi lain seperti gas (untuk masak dan penghangat ruangan), air keran (untuk mandi, mencuci, dan bisa langsung diminum), dan bahan bakar kendaraan. Pelajaran posistif yang bisa saya ambil adalah saya harus menggunakan energi sebijaksana mungkin.
 
Demikianlah beberapa pengalaman yang menurut saya unik selama tinggal di Adelaide, semoga bermanfaat.

No comments: